tag:blogger.com,1999:blog-38176694655374138422024-03-13T08:56:33.681+07:00jalanaanUnknownnoreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-67567570241864611282010-07-31T22:40:00.001+07:002010-07-31T22:40:37.052+07:00Batas<div align="justify">Aku ingin mengajak kau menuju tahun-tahun yang silam. Tepatnya ketika kau pada suatu pagi membangunkanku setelah semalaman kita menunggu Ayah yang melaut dari sore hari sebelumnya. Saat itu, dalam keremangan pagi, kau berdiri di atas pasir yang sesekali disapu ombak. Untuk beberapa detik kau terdiam, lalu setelah itu kau menanyakan suatu pertanyaan yang jawabannya telah menjelma menjadi terali besi yang mengikatku hingga detik ini.<br />
<a name='more'></a></div><div align="justify"></div><div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Dek, taukah kau, dimana pantai?</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><i></i><br />
<div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Yang kita pijak saat ini adalah pantai bukan?</i></div><br />
<div align="justify">Kau menatapku. Dari tatapanmu, aku tahu, kau sedang menjebakku. Itu seperti ketika kau membiarkanku membelah kue yang baru dibeli Ayah di pasar. Tentunya dengan syarat kaulah yang akan pertama kali memilih bagian kuemu.</div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify"><i>-Mungkin.</i></div><br />
<div align="justify"><i>-Mungkin?</i></div><br />
<div align="justify"><i>-Ya, mungkin. </i><i>Kau sudah belajar tentang bentang alam pada pelajaran IPA-mu kan? Kalau begitu coba kau sebutkan pengertian dari pulau. </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Daratan yang dikelilingi oleh lautan. </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Hebat. Kalau lautan? </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Perairan luas yang mengelilingi pulau. </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Lumayan. Kalau begitu apa pengertian pantai? </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Haha. Aku tahu. Batas antara daratan dan lautan, itulah pantai. </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Mungkin.</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><div align="justify">Kau kembali menatapku. Kau benar-benar ingin menjebakku. </div><br />
<div align="justify"><i>-Mungkin?</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Ya, mungkin. </i><i>Tadi kau menyebutkan kata ‘batas’ bukan? Aku yakin kau telah belajar tentang Geometri. Tahukan kau, apa yang membatasi antara bidang yang satu dengan yang lainnya pada bangun ruang?</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Rusuk.</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><i></i><br />
<div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Cerdas. Bisakah kau merasakan rusuk? </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Ya. Seperti garis. Runcing.</i></div><div align="justify"><br />
</div><div align="justify">Jika sebelumnya kau seperti seorang presenter acara kuis professional yang sedang memberikan <i>clue </i>pada seorang peserta, maka saat itu, aku ingat sekali, wajahmu seperti seringai kucing yang bersiap-siap menerkam seekor tikus dekil tanpa ampun. Tentu saja yang menjadi tikus busuk itu adalah aku. </div><br />
<div align="justify"><i>-Oh ya? Lalu jika pantai adalah sebuah batas, bisakah kau tunjukkan aku yang mana pantai itu supaya aku bisa rasakan sendiri?</i></div><div align="justify"><i><br />
</i></div><div align="justify"><i></i></div><div align="justify"><i>-Ini. Pasir yang lembab diterpa air laut yang kita pijak ini adalah pantai. Kau merasakannya sendiri bukan? </i></div><br />
<div align="justify"><i>-Mungkin.</i> </div><br />
<div align="justify">Waktu itu aku kalah. Kau tahu itu. Meskipun aku tetap menjawab, di dalam hati aku adalah seorang pecundang dan kau keluar sebagai pemenang. Tapi, bukan itu yang aku sesalkan, hanya saja aku tidak pernah percaya, mengapa pada saat itu aku lupa menanyakan lagi pertanyaan yang sama padamu?</div><div align="justify"></div>Ayah tidak pernah pulang. Kau tiba-tiba menghilang. Aku masih terpasung.<br />
<br />
Dimanakah pantai?Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-46068378409235291562010-07-31T21:48:00.000+07:002010-07-31T21:48:50.764+07:00Mbah Gondrong<div style="text-align: justify;">Aku tak percaya bahwa pada akhirnya jodohku ditentukan seorang peramal. Apakah Tuhan sudah kelabakan mengurus jodoh manusia hingga sebagian tugasnya mesti didelegasikan kepada para peramal? Disebabkan aku takut dosa, maka aku tak ingin percaya pertanyaanku barusan. Tapi, kalau sekedar bertanya ,kukira tak mengapa. Karena bertanya tidak membuatmu berdosa bukan? Setidaknya begitu menurut penulis 'Curhat Setan' mengawali bukunya.<a name='more'></a><br />
<br />
Ah, peduli amat dengan yang dikatakan orang. Yang menjadi fokusku saat ini adalah Mbah Gondrong yang sedang mengocok kartu di hadapanku di tengah suasana yang menurutku agak mencekam. Mungkin saja keadaan seperti ini disebabkan kharisma si Mbah yang begitu kuat seperti yang dikatakan temanku. Tapi aku lebih percaya bahwa suasana yang sengaja diset serba hitam dengan pencayaan temaramlah biang keladinya. <br />
<br />
Ah, persetan dengan suasana. Kartu yang dikocok si Mbah seperti pilihan-pilihan yang saling berhimpitan, dan aku harus siap dengan apa pun kartu yang terpilih nantinya.<br />
<br />
"Umurmu berapa?" Ini adalah pertanyaan Mbah yang kedua setelah beberapa menit yang lalu Si Mbah menanyakan nama dan maksud kedatanganku.<br />
<br />
"Tiga tujuh, Mbah." Aku menjawab dengan suara yang sengaja aku takzim-takzimkan. Takut kalau tidak begitu dia akan tersinggung.<br />
<br />
"Hm... hari lahirmu?"<br />
<br />
"Hari Kamis, kira kira jam satu, Mbah."<br />
<br />
"Maksudku menurut penanggalan Jawa!"<br />
<br />
"Oh, maaf Mbah. Kalau tidak salah malam Jumat Kliwon, Mbah."<br />
<br />
Kulihat Mbah Gondrong geleng-geleng kepala seperti menyesali sesuatu. Mendadak jantungku berdebar. Memangnya ada yang salah dengan malam Jumat Kliwon?<br />
<br />
"Awal yang buruk! Kombinasi angka 37 dengan malam Jumat Kliwon mengarah pada suatu yang akan membuat kamu berpikir ulang, apa pun itu hasilnya. Berdoalah, supaya kamu beruntung!"<br />
<br />
Bajingan! Memangnya aku kesini mau mencari nomor buntut apa? Tanpa merasa bersalah, Si Mbah mulai menderetkan kartu yang sudah 'masak' di depan meja panjang berbalut kain hitam yang memisahkan kami.<br />
<br />
"Silahkan kamu ambil salah satunya."<br />
<br />
Tanpa menunggu lama aku langsung menyambar yang paling dekat dariku. Si Mbah lalu merebut kartu itu dari tanganku. Di wajahnya tergurat rasa tidak suka. Ah, mungkin aku dipikirnya terlalu gegabah barangkali.<br />
<br />
Segera setelah mengintip kartu yang kupilih, tatapan Mbah Gondrong langsung berpindah padaku. Aku yakin sekali, ketika dia menatapku dia seperti melihat orang paling malang yang pernah lahir di dunia. Lalu dia melempar kartu itu di atas meja. Sebuah kartu Jack dengan pohon keriting tergambar jelas di kartu itu.<br />
<br />
"Sudah kuduga, nasibmu begitu memprihatinkan." Tanpa peduli perasaanku, dia terus menafsirkan makna di balik kartu itu. "Tadi sudah kubilang, padanan antara Jumat Kliwon dengan angka tiga tujuh adalah pertanda buruk. Ditambah kartu Jack saja hidupmu luar biasa buruk. Apalagi kartumu adalah Jack keriting, maka kukatakan saja bahwa hidupmu termasuk kategori hidup yang maha buruk." <br />
<br />
Si Mbah tanpa rasa bersalah sedikit pun hanya manggut-manggut sambil menyisir janggut panjang semerawutnya dengan jari-jarinya. Kemudian dia berkata: "Kau tak akan berjodoh dengan siapa pun hingga satu bulan menjelang ajalmu!"<br />
<br />
Aku kehilangan kata-kata. Jika dadaku adalah lautan, maka lautan itu pastilah sudah mendidih. Jika otakku adalah bola kaki, pastilah bola itu sudah pecah. Di pikiranku hanya berkecamuk dua hal: tetap di sana dan menonjok mulut kotor Si Gondrong, atau segera beranjak dan menampar temanku yang telah menyarankanku datang ke tempat keparat ini.<br />
<br />
Dan aku sudah hampir menjatuhkan pilihan kalau saja Mbah Gondrong tidak menahanku dengan kalimat yang sebenarnya juga kutunggu: "Kecuali jika kau mau melakukan satu hal!"<br />
<br />
Si Mbah waktu itu pasti baru saja sadar bahwa dia telah melukai perasaan seorang perawan tua, sehingga harus segera memperbaikinya dengan memberiku sebuah harapan. Mendadak, wajahnya berubah seperti tak pernah kukenal sebelumnya.<br />
<br />
Dengan penuh harap aku menunggu apa pun kata-kata yang akan meluncur dari mulut si Mbah. Dengan wajah berbinar dan penuh suka cita, dan sekali lagi, tanpa rasa bersalah, si tua bangka bau tanah itu akhirnya berkata: "Kau harus bersedia jadi istriku!"<br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-83820693600471988892010-07-28T22:33:00.001+07:002010-07-28T22:34:34.254+07:00Berlari Sendiri<div style="text-align: justify;">Siang ini kesendirian menjelma menyerupai panas yang membakar. Perlahan dan pasti, sejengkal demi sejengkal tubuhku lepuh, untuk kemudian luruh. Setiap detik seperti cambukan yang meyebabkan kulitku pecah lalu berdarah. Aku, saat ini, adalah sesuatu yang sekarat dan menunggu sesuatu yang akan menghancurkanku. Sesuatu itu, apa pun dia, pastilah tidak jauh berbeda dari sosok-sosok kejam dengan pentungan berduri seperti dalam dongengan masa kecil dulu.</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jalanku selalu menanjak sehingga aku lupa bagaimana cara mengambil napas dan menghembuskannya dengan dada yang terbuka. Ingatanku juga mulai kabur tentang betapa indahnya berlari pada jalan menurun, dan menyaksikan bentangan syurga dari ketinggian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jalanmu, adalah pilihanmu. Dulu kita pernah saling mengingatkan bahwa dimana pun kita berpijak, jika kita tahu jalan yang kita pilih, maka jangan pernah takut tersesat pada persimpangan jalan. Kaki sudah diberi naluri untuk mengenali jalan pulang. Aku masih ingat itu, dan ternyata memang aku sendiri pernah mengatakannya, entah kepada siapa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita berjalan bersama. Kita tertawa bersama. Menjalani derita bersama. Sungguh, jalan itu indah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan tanpa bisa kalian sadari sepenuhnya, aku mundur perlahan-lahan. Tepat di saat kalian mempercayaiku begitu rupa. Aku ingat, mata kalian tertuju padaku. Itulah senjata tertajam yang pernah menembus dadaku, andai kalian tahu. Aku telah memilih jalanku sendiri. Jalan itu adalah jalan yang asing. Dan kalian tidak sedikitpun berusaha mencegahku. Tentu saja, kalian tahu tak satu pun yang akan bisa menahan langkahku. Di persimpangan itu, kita berpisah. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku terbakar. Jiwaku terkapar. Di sini, saat ini, aku sendiri. Adakah kepedihan yang luar biasa melebihi berjalan sendiri membawa jiwa yang gersang?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku salah langkah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku selalu mencintai kalian, andai kalian tahu. </div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-21410047459232195442010-07-24T20:22:00.007+07:002010-07-25T00:03:29.551+07:00Saat itu, Suhairi Memilih Berjalan<div style="text-align: justify;">Ibu saya bercerita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu kecil saya termasuk lambat bicara. Hingga umur beberapa tahun, saya masih seperti orang bisu berbicara. Saya hanya mampu mengucapkan: "U.., U..."<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ibu saya juga bercerita. Walau saya cukup lama hingga bisa berbicara jelas, namun saya termasuk cepat dalam berjalan. Bahkan, kata Ibu, saya memiliki tekad kuat agar bisa berjalan. Berkali-kali saya terhempas jatuh, namun kata Ibu, saya tak pernah menyerah. Bahkan, walau belum bisa berjalan benar, saya malah berusaha berlari. Tentu saja akibatnya saya terhempas cukup kuat. Dan, lagi, saya tak menyerah. Umur saya sembilan bulan ketika saya berhasil melakukaan langkah pertama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suhairi kecil, apa yang menyemangatimu hingga sanggup jatuh bangun begitu? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saya tak mungkin mendengar jawaban apa pun. Tapi, sebuah suara seperti ditiup dari masa lalu, membisiki saya: "Aku lebih memilih untuk bergerak secepat mungkin, dan kata-kata cukup sebagai pelengkap perjalananku." </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-52114592123382905522010-07-24T20:13:00.004+07:002010-07-24T23:13:24.911+07:00sebuah rupa, sebuah namaaku ingin menamaimu dengan sebutan yang tak pernah disebut orang,<br />
jika aku memanggil, aku akan yakin, yang bergegas di ujung jalan itu adalah kamu.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
aku ingin mendandanimu dengan rupa berbeda dari mereka keseluruhan,<br />
jika aku mencari, aku tak ragu, yang duduk di sudut taman itu adalah kamu.<br />
<br />
dua permintaanku setelah itu:<br />
namai aku, dandani aku.<br />
hingga jika kau mencariku suatu saat nanti, maka kau akan menandaiku:<br />
pada sebuah rupa, sebuah nama.<br />
<div><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-82837386321377471942010-07-22T23:10:00.005+07:002010-07-27T22:11:29.742+07:00Andromeda dan Kotak Kayu Kakek<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku menyesal. Benar-benar menyesal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi aku yakin, aku tidak salah sepenuhnya. Coba kamu bayangkan jika suatu ketika ada kakek ubanan dengan jenggot hampir menyentuh perut datang padamu, lalu menitipkan dua kotak aneh yang tak kau ketahui isinya, kemudian dia berkata: "Kotak ini berisi hal yang sangat berharga bagi saya. Tolong kalian jaga, dan jangan coba-coba kalian buka karena sesuatu akan segera menimpa kalian. Namun jika saya masih belum kembali hingga dua purnama, maka kotak ini milik kalian berdua." Lalu belum sempat kamu berkata apa-apa, orang asing tersebut raib begitu saja. Nah, apa perasaan kamu saat itu juga?</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pertama, kamu pasti bingung. Kedua, kamu akan langsung penasaran dan ingin tahu isi kotak itu bukan?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu itu kami lagi asyik-asyiknya mengunyah apel yang dibeli Ibu dari pasar. Saat itulah Kakek berjubah hitam itu datang lalu terjadilah hal seperti yang kuceritakan di awal. Aku bahkan belum sempurna menelan kunyahan apelku ketika sadar sepenuhnya tentang hal yang terjadi sesaat setelah Kakek itu hilang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Kau kenal Kakek itu?", kataku sesaat setelah sadar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Tidak." Andromeda, kembaranku menjawab cepat. Tentu saja dia tak kalah bingungnya denganku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Aku juga. Tapi siapa pun itu, pastilah dia orang jahat."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Darimana kau tahu? Aku kira dia orang baik. Wajahnya itu lho, benar-benar teduh."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Liat saja tuh bajunya. Hitam. Bukankah nenek lampir bajunya juga hitam? Hii..."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Aku tidak percaya pada penampilan. Haji Saman suka pakai baju hitam, songkok hitam, bahkan sarungnya juga hitam. Tapi dia sering kasih aku buah apel..."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Ah terserah kamu aja. Pokoknya dia orang jahat. Liat aja kelakuannya. Datang mendadak, hilang mendadak. Lalu nitipin kotak aneh. Eh, tambah lagi bawa-bawa bulan purnama segala. Seperti film-film pendekar di tivi saja."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Tapi, awas lho, jangan coba-coba kau buka seperti kata Kakek tadi."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Liat saja nanti." </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bulan purnama pertama muncul dua minggu sejak kejadian itu. Jujur saja, walau aku meremehkan ucapan si Kakek, tapi tetap saja aku penasaran. Eh, siapa sih yang tidak penasaran ada barang yang dikatakan sangat berharga dititip begitu saja dirumahmu? Andromeda pasti juga penasaran. Tapi, dia sepertinya akan manut saja pada ucapan Kakek.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari awal kami sudah memilih bagian masing-masing. Karena aku lahir 10 menit lebih awal dari Andromeda, maka aku yang pertama memilih. Badanku juga lebih besar, pasti dia akan kalah kalau saja dia tak ingin mengalah dariku, dan lebih memilih berkelahi. Dan aku pun memilih kotak yang lebih besar dan bersepuh emas. Walau begitu, entah kenapa dia sepertinya bersyukur sekali mendapatkan kotak kayu jelek itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku benar-benar tak tahan lagi. Besok adalah malam purnama kedua. Namun hingga detik ini kakek tua itu tak muncul-muncul juga. "Si Kakek tidak akan datang, aku yakin itu!" Demikian pekikku ketika Andromeda mencoba mencegahku membuka kotak emas dan menyuruhku bersabar hingga besok malam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kami sempat bertengkar hebat. Dan kotak itu kubuka. Dari sinilah petaka itu bermula, dan sepertinya akan menjadi penyesalan seumur hidup bagiku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Malam purnama kedua tiba. Namun belum ada juga tanda-tanda kedatangan Si Kakek. Menjelang pagi, ketika purnama menghilang, saat itulah Andromeda mulai membuka kotak kayu jeleknya. Setelah nama Tuhannya disebut, perlahan-lahan kotak itu dibukanya. Bersamaan dengan itu, cahaya keemasan menyeruak dari dalam kotak seperti terkurung sekian lama. Mataku, juga mata Andromeda silau dan buta sejenak. Setelah beberapa detik, dan mata kami mulai sadar dengan sekitar, kami melihat apel emas yang begitu besar dan segar. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Andromeda tidak terlalu bahagia. Dia sepertinya iba padaku yang sejak pertama kubuka kotak emasku, aku sama sekali kehilangan suara. Aku bisu. Dan dalam kotak emas itu aku tidak menemukan apa-apa selain ranting-ranting busuk yang dikerek kumbang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Silahkan kamu yang memakannya dulu!" Aku terkejut. Adikku, Andromeda, yang Apple Addict itu, mempersilakanku untuk menikmati apelnya terlebih dahulu. "Jangan sungkan. Ini untukmu." </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perlahan, Apel emas itu berpindah ke tanganku. Mataku berkaca-kaca. Dan aku mulai menangis di kunyahan yang pertama. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Saat itulah aku mulai kembali bisa bicara. Ternyata semuanya adalah kutukan. Apel emas itu adalah penawar kutukan yang menimpaku. Dan Adikku, adalah emasku yang tak akan terganti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Catatan Suhairi:</span></i></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kok jadi seperti kisah-kisah di Bobo ya? Hehe, silahkan komentar ya... </span></i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-49287431386308349082010-07-19T21:39:00.011+07:002010-07-27T22:12:32.922+07:00Luka-luka Abel<div style="text-align: right;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </b><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">FADE IN</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><i><br />
</i></span><i> </i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">INT</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">KAMAR ABEL. SIANG</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><i><br />
</i> </span><i> </i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS: Terdengar suara tamparan dan tendangan beberapa kali ditingkahi suara tangis bocah cadel menjeritkan kata-kata tidak jelas. Dinding kamar sesekali bergetar ditimpa sesuatu dari ruang tengah tempat suara berasal.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"></span><br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><i> </i></span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Di dinding kamar triplek 2x3 meter yang semerawut, terlihat photo seorang wanita 25 tahunan sedang duduk tersenyum. Di sudut, sebuah cermin kusam 100x30 cm tersandar begitu saja pada dinding.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">LELAKI DEWASA</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> (Teriak) Enyah kau! Anak haram!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">: Terdengar langkah berat pada lantai kayu menjauhi kamar, disusul suara pintu yang dibanting keras. Yang tersisa hanyalah suara isak tangis Abel diiringi raungan kata-kata tidak jelas. Berangsur-angsur suara itu hening. Tak lama kemudian terdengar langkah yang lebih ringan namun tidak teratur mendekat ke kamar.</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Perlahan-lahan, Abel, bocah laki-laki 7 tahun yang masih tidak bisa bicara, </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">IN FRAME</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> dari ruang tengah dengan langkah tertatih. Pipinya lebam. Dari hidung dan sudut mulutnya mengalir darah segar. Pada beberapa bagian bajunya juga merah oleh darah. Dia berhenti di depan foto wanita duduk. Sejenak dia berdiri dalam hening di sana.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> Nak...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Abel terkejut mendengar suara itu. Dia celingukan mengawasi sekitar kamarnya mencari sumber suara.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(CONT'D) Ini Ibu Nak...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Abel ketakutan. Matanya tertuju pada foto Ibunya. Perlahan-lahan dia surut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> (CONT'D) Jangan takut Nak. Ini Ibu..., di cermin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">POV</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">: Seorang wanita yang mirip wanita di foto namun lebih muda dan berseri, tersenyum pada cermin yang tersandar di dinding.</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Mata Abel membelalak. Tubuhnya bergetar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(CONT'D) Jangan takut Nak. Ini Ibu. Abel tidak rindu pada Ibu?</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">ABEL</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Mengangguk, sekarang lebih tenang</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Aabuu...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Ya Nak, Ini Ibu. Mari ke sini nak.. (</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">diam, lalu matanya berkaca, menahan emosi</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Biarkan lelaki jahanan tak bertanggungjawab itu hidup kesepian sampai mati!</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Abel hanya diam di tempat. Di usapnya darah yang masih mengucur dari mulut dan hidungnya. Dia meringis kesakitan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(CONT'D)(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Air matanya jatuh di pipi</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Jangan takut nak. Ini Ibu. Mari Ibu obati luka-lukamu, Nak. Tidakkah kau rindu pada Ibu?</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">ABEL</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Mengangguk cepat</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Aabbuu...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Dua tangannya terentang ke depan</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Ya nak. Mari sini. Biar ibu cucikan bajumu yang merah oleh darah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">ABEL</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Melangkah ragu</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Aabbuu...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Ya, Nak, ini Ibu. Sini, biar Ibu gendong menuju rumah kita yang baru nak...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">ABEL</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Di depan kaca</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">) Aabbuu... (</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Kembali menangis</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(CONT'D) Hapus air matamu Nak, mari ulurkan tanganmu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;">Perlahan-lahan Abel mengangkat tangannya. Ujung jarinya mulai menyentuh cermin. Tiba-tiba cermin itu bergelombang menyerupai permukaan air tenang yang disentuh dengan ujung jari. Bersamaan dengan itu, muncul pula cahaya putih terang dari dalam cermin yang disentuh.</span> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">: Suara angin lembut terdengar seperti berasal dari bagian cermin yang disentuh. Suaranya semakin kencang dan keras seiring semakin masuknya tangan Abel ke dalam cermin.</span></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;">Samar-samar, terlihat tangan wanita dalam cermin menyambut tangan Abel dari dalam cermin. Wajahnya tersenyum.</span> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;">: Suara angin begitu keras bersamaan dengan tubuh Abel yang tertelan seluruhnya ke dalam cermin.</span> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> </span></i></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">Frame menjadi putih total. Suara angin mendadak hilang. Senyap sejenak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(CONT'D) Inilah duniamu nak...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">ABEL </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> Inikah yang namanya surga, Bu?</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">WANITA DEWASA </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">(</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">)</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"> Hei! Kamu bisa bicara!</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">OS</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">: Terdengar suara tawa lepas dari Abel dan wanita dewasa. Semakin lama suara itu semakin pelan dan akhirnya menghilang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: right;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;">FADE OUT</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> <br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Courier New',Courier,monospace;"><br />
</span> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-43362403673983799212010-06-20T18:29:00.007+07:002010-07-20T21:27:36.117+07:00Setelah Pengakuan<div style="text-align: justify;"><br />
Salah satu keberhasilan terbesar saya dalam hidup adalah ketika saya mengakui bahwa saya gagal. Sesuatu yang begitu pahit untuk diterima sebagai sebuah keberhasilan memang. Tapi, demikianlah saya menilai 21 tahun dari umur saya yang telah menjadi masa lalu. Jika umur manusia dipukul rata berakhir pada tahun ke-65, berarti sepertiga hidup saya hanya sanggup menghasilkan karya yang gagal.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
Sempat saya meneulusuri setiap tapak kegagalan itu, dan tak ada satu pun yang bisa saya temui melainkan andai-andai yang kemudian mengikat saya dalam lelapnya berkhayal. Dan setelah semua lewat, bahkan angan-angan seperti sudah kehilangan tempat, yang tersisa adalah sesuatu yang begitu lapang dalam jiwa saya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Apakah kelapangan ini hanyalah sesuatu yang semu? Entahlah. Mungkin semua bermula ketika sebelumnya saya lebih memilih untuk mengangggap semua berjalan baik-baik saja. Tanpa saya sadari, pilihan itu seperti menggumpalkan diri dan mengendap dalam diri saya sebagai sesuatu sekat yang menyesak. Dan sekarang semua pergi. Jiwa saya seperti dilahirkan kembali. Apakah ini hanya sesuatu yang semu? Entahlah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Masih ada waktu untuk menjadikan segalanya baik. Namun, saya tak pernah pungkiri bahwa benih-benih gagal selalu siap untuk menyelinap masuk. Dan selalu saja, masa depan adalah sesuatu yang senantiasa misteri: saya bisa berhasil sebagaimana saya mungkin gagal untuk yang kesekian kali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Dan tentu saja tidak butuh menunggu 20 tahun lagi untuk menerima keputusan kedua. Karena kematian adalah hasil final segala usaha. Dan kematian itu tak pernah jauh.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3817669465537413842.post-42277485246597532422010-05-24T20:26:00.005+07:002010-07-25T00:06:34.154+07:00jalanaan<blockquote><br />
menelusuri:<br />
<br />
dimana kita bertemu, dimana kita berpisah,<br />
<br />
darimana aku bermula, sampaimana aku berakhir.<br />
<br />
<br />
diantara keduanya,<br />
<br />
adalah narasi pada sebuah jalan:<br />
<br />
jalanaan.</blockquote><blockquote></blockquote>Unknownnoreply@blogger.com1