Sabtu, 31 Juli 2010

Batas

Aku ingin mengajak kau menuju tahun-tahun yang silam. Tepatnya ketika kau pada suatu pagi membangunkanku setelah semalaman kita menunggu Ayah yang melaut dari sore hari sebelumnya. Saat itu, dalam keremangan pagi, kau berdiri di atas pasir yang sesekali disapu ombak. Untuk beberapa detik kau terdiam, lalu setelah itu kau menanyakan suatu pertanyaan yang jawabannya telah menjelma menjadi terali besi yang mengikatku hingga detik ini.
-Dek, taukah kau, dimana pantai?


-Yang kita pijak saat ini adalah pantai bukan?

Kau menatapku. Dari tatapanmu, aku tahu, kau sedang menjebakku. Itu seperti ketika kau membiarkanku membelah kue yang baru dibeli Ayah di pasar. Tentunya dengan syarat kaulah yang akan pertama kali memilih bagian kuemu.

-Mungkin.

-Mungkin?

-Ya, mungkin. Kau sudah belajar tentang bentang alam pada pelajaran IPA-mu kan? Kalau begitu coba kau sebutkan pengertian dari pulau.

-Daratan yang dikelilingi oleh lautan.

-Hebat. Kalau lautan?

-Perairan luas yang mengelilingi pulau.

-Lumayan. Kalau begitu apa pengertian pantai?

-Haha. Aku tahu. Batas antara daratan dan lautan, itulah pantai.

-Mungkin.

Kau kembali menatapku. Kau benar-benar ingin menjebakku.

-Mungkin?

-Ya, mungkin. Tadi kau menyebutkan kata ‘batas’ bukan? Aku yakin kau telah belajar tentang Geometri. Tahukan kau, apa yang membatasi antara bidang yang satu dengan yang lainnya pada bangun ruang?

-Rusuk.


-Cerdas. Bisakah kau merasakan rusuk?

-Ya. Seperti garis. Runcing.

Jika sebelumnya kau seperti seorang presenter acara kuis professional yang sedang memberikan clue pada seorang peserta, maka saat itu, aku ingat sekali, wajahmu seperti seringai kucing yang bersiap-siap menerkam seekor tikus dekil tanpa ampun. Tentu saja yang menjadi tikus busuk itu adalah aku.

-Oh ya? Lalu jika pantai adalah sebuah batas, bisakah kau tunjukkan aku yang mana pantai itu supaya aku bisa rasakan sendiri?

-Ini. Pasir yang lembab diterpa air laut yang kita pijak ini adalah pantai. Kau merasakannya sendiri bukan?

-Mungkin.

Waktu itu aku kalah. Kau tahu itu. Meskipun aku tetap menjawab, di dalam hati aku adalah seorang pecundang dan kau keluar sebagai pemenang. Tapi, bukan itu yang aku sesalkan, hanya saja aku tidak pernah percaya, mengapa pada saat itu aku lupa menanyakan lagi pertanyaan yang sama padamu?
Ayah tidak pernah pulang. Kau tiba-tiba menghilang. Aku masih terpasung.

Dimanakah pantai?

2 komentar:

  1. pantai itu batas,
    batas itu rusuk,

    jadi rusuk antara lautan dan daratan?

    sesimple itukah pantai?
    tergantung siapa yang menjawab..

    salam kenal :)

    BalasHapus
  2. benar2 memusingkan...
    setau sy pantai itu sebutan untuk tempat. pantai itu bukan benda..
    tp bingung juga s. nt saya balik lg dh. dpikir dulu... hehehe

    BalasHapus

Untuk mengurangi spam komentar, sahabat diminta melengkapi langkah verifikasi kata. Agar dimaklumi.