Rabu, 28 Juli 2010

Berlari Sendiri

Siang ini kesendirian menjelma menyerupai panas yang membakar. Perlahan dan pasti, sejengkal demi sejengkal tubuhku lepuh, untuk kemudian luruh. Setiap detik seperti cambukan yang meyebabkan kulitku pecah lalu berdarah. Aku, saat ini, adalah sesuatu yang sekarat dan menunggu sesuatu yang akan menghancurkanku. Sesuatu itu, apa pun dia, pastilah tidak jauh berbeda dari sosok-sosok kejam dengan pentungan berduri seperti dalam dongengan masa kecil dulu.


Jalanku selalu menanjak sehingga aku lupa bagaimana cara mengambil napas dan menghembuskannya dengan dada yang terbuka. Ingatanku juga mulai kabur tentang betapa indahnya berlari pada jalan menurun, dan menyaksikan bentangan syurga dari ketinggian.

Jalanmu, adalah pilihanmu. Dulu kita pernah saling mengingatkan bahwa dimana pun kita berpijak, jika kita tahu jalan yang kita pilih, maka jangan pernah takut tersesat pada persimpangan jalan. Kaki sudah diberi naluri untuk mengenali jalan pulang. Aku masih ingat itu, dan ternyata memang aku sendiri pernah mengatakannya, entah kepada siapa.

Kita berjalan bersama. Kita tertawa bersama. Menjalani derita bersama. Sungguh, jalan itu indah.

Dan tanpa bisa kalian sadari sepenuhnya, aku mundur perlahan-lahan. Tepat di saat kalian mempercayaiku begitu rupa.  Aku ingat, mata kalian tertuju padaku. Itulah senjata tertajam yang pernah menembus dadaku, andai kalian tahu. Aku telah memilih jalanku sendiri. Jalan itu adalah jalan yang asing. Dan kalian tidak sedikitpun berusaha mencegahku. Tentu saja, kalian tahu tak satu pun yang akan bisa menahan langkahku. Di persimpangan itu, kita berpisah. 

Aku terbakar. Jiwaku terkapar. Di sini, saat ini, aku sendiri. Adakah kepedihan yang luar biasa melebihi berjalan sendiri membawa jiwa yang gersang?

Aku salah langkah.

Aku selalu mencintai kalian, andai kalian tahu.

3 komentar:

  1. andai kau tahu... langkahmu benar-benar menciptakan ruang baru yang begitu sesak pada mereka yang kau tinggalkan..
    andaikan kau tahu, mereka semakin rapuh, terombang-ambing kehilanganmu....
    andai kau tahu,...sampai sekarang mereka masih berharap kau akan kembali,
    kembali masuk memperkuat barisan,..
    bahagiakah kau berlari sendiri? kau dulu pernah berkata (entah masih ingat atau tidak), lebih baik berjamaah daripada sendiri. lalu bersama siapakah kau sekarang??? kau pergi disaat kami benar-benar percaya seluruhnya padamu,kemudian keputusanmu itu tak terbantahkan lagi.... taukah kau apa yang terjadi setelah itu...
    andai sesaat kau bisa kembali kesini....
    dan aku pun tak tahu, apa yang membuatmu "berjalan sendiri"???

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Untuk mengurangi spam komentar, sahabat diminta melengkapi langkah verifikasi kata. Agar dimaklumi.